Saturday, December 24, 2005


IS IT LOVE...???




" Hah..!! si Ipoy juga kena cacar sekarang.. "
" Iya, kayaknya sekarang lagi wabah cacar deh, abis banyak banget yang kena cacar "

Alidya cuman bisa geleng2 kepala mendengar berita yang baru aja didengarnya dari mulut Nida. Memang akhir2 ini satu persatu teman2 mereka tumbang karena penyakit ini. Ia teringat akan temannya yang bernama Aldi, yang juga terkena penyakit cacar. Aldi, cowok misterius yang tinggal di lantai 9.

* * *

" Al, ntar langsung pulang kan..?? " tampak mbak Fani tergopoh-gopoh sambil membawa sebuah bungkusan kearah Alidya yang sedang memakai jaket siap2 akan pulang. Alidya sempat berpikir bahwa mbak Fani semestinya tak perlu sampe berlari-lari kecil dari dapur mesjid ke arah ruang sholat, toh Alidya belum akan selesai memakai jaket karena dia harus berkutat dengan jaketnya yang berlapis-lapis. Musim dingin sudah mulai menyapa, angin kencang yang membuat badan menggigil pun harus diterjang. Tapi yang bikin aneh, suhu di mesjid hampir selalu lebih dingin dari suhu luar ruangan. Untung saja teknologi sudah menemukan yang namanya alat pemanas ruangan, kalau tidak mungkin kita akan berbekal selimut seperti orang yang akan berkemah di pegunungan.
" Palingan cuman mampir bentar ke supermarket deket rumah, mo beli telor. Abis gitu langsung pulang, emang ada apa mbak..?? "
" Gak, ini mau nitip buat si Aldi, kasihan dia ntar jangan2 gak ada makanan lagi di rumahnya.. "
" Ok, emang Aldi blom sembuh ya mbak..?? "
" Terakhir waktu itu sih ikut nganter dia ke dokter bareng mas Aris. Udah lumayan kok waktu itu, apalagi sekarang dia udah dapet obat dari mas Agus. "
" Hah..?? Emang mas Agus bikin obat sendiri..?? "
" Iya, dia ngeracik sendiri obatnya "
" Wah enak juga ya kalo jago kimia gitu, bisa bikin obat sendiri, kalo obat pelangsing kira2 mas Agus bisa bikin gak ya..?? "
" Ah, kamu mah.. " dengan logat sunda yang masih lumayan kental mbak Fani memukul lenganku dengan bercanda. Setelah itu mbak Fani pamitan kembali ke dapur untuk beres2 dan titip salam buat Aldi. Setelah selesai memakai jaket dan memasukkan bungkusan yang diberikan oleh mbak Fani tadi, segera aku melangkahkan kaki buru2 karena teman2 sudah menunggu di depan. Sambil buru2 memakai sepatu, aku berpamitan ke mbak Fani dan mbak2 dan mas2 lainnya yang hari itu sedang bertugas di mesjid.

* * *

KRIIING...!!!! kupencet bel di kamar Aldi dengan sedikit bersemangat, lalu terdengar suara mempersilahkan masuk.
" Eh, Al..!! Ada apa..?? " terlihat Aldi sedang berada di depan komputer dengan wajah penuh bintik dan putih tertutup oleh bedak, ramuan mas Agus aku rasa.
" Gak, tadi di mesjid mbak Fani titip ini buat kamu. Gimana, udah baikan..?? "
" Udah lumayan kok, cuman blom boleh keluar aja. Eh, makasih ya makanannya..!? jadi ngerepotin nih..?? salam juga buat mbak Fani..?! "
" Iya, ntar aku sampein. Cepet sembuh deh..?! "
" Thanks ! "
" Hhh..dasar orang ganteng, kena cacar masih aja keliatan cakepnya.. " Alidya menggerutu sambil senyum2 sendiri memikirkan kalimat yang baru saja ia ucapkan. Aldi memang terkenal ganteng dan ramah. Banyak orang yang mengatakan ia mirip dengan pemain film ' Catatan Si Boy ' jaman dahulu.
" Al, titip lagi ya buat Aldi "
" Mbak, lama2 ntar mas Aris cemburu lho..?! "
" Kamu ini ya, bisaa ajaa. Orang mas juga yang nyuruh mbak mbungkusin buat dia. " perkataan Alidya membuahkan cubitan kecil di lengannya.
" ADUUH..!! Saakiit..!! hehehe, becanda mbak.. "
Sambil berat hati, aku mengambilnya juga bungkusan makanan untuk kuberikan pada Aldi. Ritual ini berjalan bukan hanya satu dua kali, tapi sering sekali mbak Fani menitipkan makanan padaku untuk diberikan pada Aldi, sampai akhirnya hal ini berhenti karena Aldi memberi tahu mbak Fani bahwa tidak perlu lagi mengirim makanan karena dia sudah sembuh total dan sudah diperbolehkan untuk keluar rumah. Sampai suatu hari secara tak sengaja Alidya bertemu dengan Aldi di KBRI di suatu acara perpisahan diplomat lama dan digantikan oleh diplomat yang baru. Sebetulnya mereka tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan acara model begini. Hanya karena kehidupan mahasiswa yang sedang merantau mencari ilmu di negeri orang tidaklah mudah dan terkadang untuk biaya makan atau mungin waktu untuk masak makanan yang bergizi dan bukan melulu junk food sangat susah, jadi mereka seperti mendapatkan durian runtuh setiap kali KBRI mengadakan acara seminar, rapat, dan acara2 sejenis lainnya. Karena disitulah kami seperti mendapatkan asupan gizi sekaligus sedikit mengobati rasa rindu akan masakan ibu di rumah, karena seringkali ibu2 KBRI memasak makanan yang tak hanya lezat dan bergizi tentunya, namun terkadang juga membuat kita mengucapkan ' Wah, ibuku dulu sering masak ini nih di rumah..!? '
" Hei, pa kabar..?? "
" Eh, di..udah sembuh nih ceritanya..?? "
" Ya, Alhamdulilah udah lumayan, udah dibolehin keluar rumah, tapi ya gitu deh bekasnya ini bikin BT, apalagi kalo dimuka..kan jadi gak ganteng lagi nih..!? "
" Idih, amit amiiiiit... "
" Hehehe "
Obrolan pun berlanjut dari yang tadinya masalah cacar, sekolah, temen2 asing yang kita kenal sampai tak terasa temen2 yang lain sudah mengajak untuk pulang duluan. Dasar emang mahasiswa, acara beginian mana betah tahan lama2. Pokoknya prinsip kita SMP, tapi demi kesopanan agar tidak dibilang aji mumpung, kita berganti dengan istilah SMSLWBP (Setelah Makan, Stay a Little While Baru Pulang..hehehe agak maksa memang).
" Ehem...kayaknya obrolan ama Aldi tadi seru banget tuh..!? Ampe lupa waktu kayaknya..? "
" Apaaa siih..niid.. kita cuman ngobrol biasa kok.. "
" Alidya, orang awam aja juga bisa ngeliat kalo kamu ama Aldi tuh tadi ngobrolnya seru banggeeet, ampe lupa daratan berdua "
" Ah, itu kayaknya mata seorang Nida aja yang ngeliatnya begitu "
" Hehehehe, emang ada apa sebenernya antara kalian berdua..? "
" Emang dasar tukang gosip, ngeliat sasaran empuk dikit aja, gak tinggal diam untuk bergerak menyerang mangsa "

Esoknya terdengar kabar yang sangat mengejutkan, mbak Fani baru saja menelponku mengabarkan kalo Aldi mendadak harus pulang ke Indonesia hari ini juga. Apakah yang menyebabkan Aldi harus pulang? aku beranya-tanya sendiri dalam hatiku, karena mbak Fani dan mas Aris pun gak tau alasan dari kepulangan Aldi. Tak seorangpun tahu.

* * *

" Woi..!!bengong aja..mikirin apaan sih, jangan2 kamu dari tadi gak ndengerin apa yang aku bilang lagi..?? "
" Denger kok.. tentang Ipoy kena cacar kan..?! "
" Noo kan bener, aah ya udah lah aku mo pulang dulu..ngambek nih ngambek..!! "
" Yeee, ngambek bilang2.. sorry deh sorry, emang cerita apaan tadi.. "
" Ah, udahlah malas aku ngomog ama kamu..!! "
" Soriii... Nid ..!! mo kemana..!! tungguin dong...deuh yang ngambek.. "
Ya, tak seorang pun mengetahui alasan kepulangannya sampai sekarang. Hanya saksi bisu sepucuk surat yang sekarang berada di dalam tasku yang beralamatkan.....

From : Muhammad Aldi Hamsyari
Jl. Rawamangun Selatan A-75
Jakarta Timur 13353

* * *

Thursday, December 01, 2005

Kau Masih di Hatiku



Jam dinding tepat menunjukkan pukul 20.00,
tidak terasa sudah tiga jam Andrina berada di perpustakaan umum yang berada di daerah sibuk di salah satu bagian kota Berlin. Setelah mematikan laptop-nya, Andrina melangkah cepat keluar perpustakaan dan menuju kereta bawah tanah ( U - Bahn) terdekat. Tepat seperti dugaannya, kereta yang menuju ke arah Ruhleben baru saja sampai. Cepat2 dia berlari menuju kereta karena jika tidak, dia harus menunggu 10 menit lagi untuk naik kereta selanjutnya. Tidak seberapa lama alunan lagu tema " Doraemon " berdering dari hp nya.
" Hallo.. kenapa Bi..?? "
" Lo dimane..?? "
" Lagi di U2, mo balik.. gw dari perpus.. "
" Ja eelaaah.. ni anak, malem minggu gini lo gaul di perpus..?? mending lo langsung kesini aja deh, kita clubbing meeen..!! "
" Gak deh, thanks bi.. gw ngantuk pengen istirahat.. "
" Ah lo mah emang gak pernah mau diajak clubbing.. ya udah deh, met istirahat nenek.. "
" Daaa... Biyan.. " ' tut ', Andrina mengakhiri percakapannya dengan Biyan, temen di Uni yang juga orang Indonesia. Biyan sudah lama tinggal di Berlin. Seharusnya tahun lalu dia udah lulus, tetapi karena harus mengulang satu semester, akhirnya dia seangkatan dengan Andrina. Biyan anaknya suka sekali Party, maka dari itu dia sempat ketinggalan satu semester. Mengherankan juga dia bisa sampai semester enam, tapi Biyan memang asli pintar, jadi buat dia cukup sedikit belajar. Tapi tahun lalu dia benar2 kelabakan, Biyan yang sekarang lebih serius walaupun masih suka santai.
Setelah mencuci muka, gosok gigi dan merapikan buku2nya untuk persiapan tempur hari senin, Andrina merebahkan dirinya dan mencoba untuk tidur. Akhir2 ini dia memang sedikit kurang tidur, karena sibuk belajar menjelang masa2 ujian. Appartement-nya terasa sepi sejak Lintang tidak ada. Untuk sementara ini dia berlibur ke Indonesia bersama kakek dan neneknya. Besok hari Minggu, Andrina berencana untuk meneleponnya. Hanya sekedar menanyakan kabar Lintang dan mendengar celotehannya dan juga sudah lama dia tidak mendengar kabar dari orang tuanya. Andrina bertekad ingin segera lulus dan kembali ke Indonesia dan bersama-sama dengan Lintang, menghadapi dunia yang baru, membangun usaha sendiri, dan memiliki rumah sendiri. Andrina cukup getol juga mencari jatah uang saku dan biaya sekolah, meskipun begitu dia juga sempat menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung. Memang, bantuan dari orang tua terkadang masih berjalan. Hanya saja orang tua Andrina tidak perlu mengirim setiap bulan untuk membiayai sekolahnya dan biaya hidupnya di negeri yang asing ini.
Alunan jazz yang terdengar dari CD player perlahan-lahan mengantar Andrina menuju alam mimpi. ' Tiit.. tiiit... tiiit... !!! ' jam weker sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Dengan bermalas-malasan Andrina mematikan wekernya dan bersiap-siap untuk jogging. Ditemani dengan alunan lagu2 ' The Corrs ' dia mulai berlari-lari kecil mengelilingi taman yang ada di depan appartement-nya.
" Andrina..!!! " samar2 terdengar suara cewek memanggil Andrina.
" Bi..!! Tumben lo pagi2 gini udah jogging, biasanya aja lo molor " ternyata suara tadi berasal dar Biyan yang pagi itu juga sedang jogging.
" Sial lo Na..!! Hehe..bener juga sih, gw emang ada maunya jogging pagi2 gini. Kalo gak,boro2 gw jogging, bangun aja kagak..!! "
" Emannya ada apa..?? ada inceran baru nih..?? "
" Busyet, sumpah Na, dia cakep banget..!! badannya atletis, cuman gak berlebihan, pokoknya.... " bla..bla..bla.. dengan semangat 45 Biyan menceritakan inceran barunya, Andrina hanya bisa tersenyum mendengarnya.
" Emang ya lo gak ada matinya kalo soal cowok "
" Biasanya sih jam segini dia udah muncul disini " Biyan celingukan mencari inceran barunya.
" Eh, tunggu Bi..tali sepatu gw copot "
" Pokoknya lo harus kenalan ama dia Na..!! "
" Gak takut ntar kalo kecantol ama gw..?? "
" Gw mah PD2 aja, dia gak bakal tertarik ama ibu2 kayak elo " Andrina hanya tersenyum simpul mendengar perkataan Biyan. Melihat reaksi Andrina, Biyan menyesal mengatakan hal itu.
" Sorry Na, gw gak bermaksud "
" Gpp, Bi..gw udah kenyang "
" Tapi beneran Na, gw cuman bercanda..! "
" Ya ampun..Biyann..!! beneran gpp.. biarpun ibu2 tapi tetep ok kan..?!beneran nih mo dikenalin, gak takut..?! " ancam Andrina sambil mengerlingkan matanya. Jawaban aAndrina ini berhasil mencairkan suasana dan mengembalikan kembali mood Biyan.
" Siapa takut..!! eh tuh dia orangnya.. eh ternyata dia bareng temennya, oya siapa tau lo bisa deket ama temennya..bagus deh,berarti lo gak perlu ngiri ama gw kan...?! woow, dia cakep bgt pake baju item " Andrina yang sedari tadi sibuk membetulkan tali sepatunya, buru2 menyelesaikan simpul yang terakhir dan mendongak melihat cowok yang sedari tadi diributkan Biyan.
Bagai terkena pukulan palu godam, Andrina terkejut sekali melihatnya setelah sekian lama Andrina tidak bertemu dengannya. Marah, kesal, sedih, bahagia, rindu bercampur aduk menjadi satu di dalam hati Andrina. Tanpa ba-bi-bu, Andrina langsung kabur dari Biyan tanpa sepengetahuannya. Bendungan airmata tak tertahankan lagi. Sambil berlari sekencang-kencangnya, Andrina terisak-isak menahan tangis. Dia tidak peduli banyak mata memandangnya aneh. Tapi jangan mata itulagi yang memandangnya. Sudah cukup rasa sakit yang selama ini dia tanggung, sudah cukup rasa malu yang selama ini dia pikul. Sesampainya di appartment, Andrina sudah tidak tahan lagi. Dia menangis sejadi-jadinya sampai akhirnya dia tertidur.
Andrina terbangun oleh suara bel pintu yang membabi buta. Dia melihat jam, 09.30 ternyata dia tertidur selama satu jam lebih. Dengan berusaha menghapus airmatanya yang tersisa, Andrina melangkah gontai dan mengangkat telepon yang akan menghubungkan dengan si pemencet bel di pintu utama bawah.
" Ya ? "
" Na, buka pintunya..!! gw tau lo kenapa-napa Na..!! please, gw juga tau mungkin saat ini lo lagi pengen sendiri, tapi gw khawatir ama lo..kalo lo gak buka pintunya, gw bakal panggil polisi buat ndobrak pintu lo..!! " sebetulnya Andrina enggan menemui siapa2 untuk sementara ini, tapi dia juga butuh Biyan. Dia butuh temen untuk curhat. Walaupun anaknya slengean, tapi Biyan sahabat yang baik dan bisa dipercaya. Orang tua Andrina juga sudah kenal dengan Biyan, malah minta tolong Biyan untuk menjaga Andrina.
Andrina memencet tombol yang akan membuka pintu utama bawahdan dia membuka pintu Appartementnya sedikit agar Biyan dapat langsung masuk tanpa perlu memencet bel lagi. Terdengar suara ' gedebak-gedebuk ' langkah Biyan yang buru2 menuju appartement andrina yang berada di lantai 4. Setelah sampai di depan pintu, Biyan membuka pintu pelan2. Terlihat disana Andrina duduk bersimpuh di lantai dan tampak sangat lemas. Biyan mencoba memanggilnya.
" Na..lo gak papa..?? "
" Biii....!! " Andrina langsung memeluk Biyan sambil menangis terisak-isak.
" Lo kenapa Na..?? " Biyan yang tidak pernah melihat sahabatnya seperti ini, meneteskan airmatanya karena terharu dan khawatir.
" Na, kita masuk dulu yuk..?! duduk dulu, lo tenang dulu..?! bentar ya gw ambilin air " Biyan menuntun Andrina ke tempat tidur dan melangkah cepat menuju dapur untuk mengambil segelas air minum.
" Na, nih minum dulu..sebenernya ada apa..?? kok lo sampe kayak gini..?? ada masalah..?? kalo lo blom mau cerita, gpp Na, tapi jangan kayak gini dong.. "
" Dia ayahnya Lintang, Bi.. " setelah menghabiskan air minumnya dan mengambil nafas dalam2, akhirnya Andrina mengeluarkan suaranya selain suara isakan tangis.
" HAH....!! ja..jadi, cowok yang gw incer itu ayah Lintang..?? "
" Bukan, tapi temennya " rasa lega seperti mengguncangkan kembali tubuh Biyan yang sempat kaku.
" Fiuuh, berarti cowok inceran gw aman dong..?! "
" Bi..pleasee.. "
" Sorry Na, gw cuman berusaha mencairkan suasana "
" Thanks Bi.... " air mata Andrina kembali mengalir setelah sempat berhenti beberapa saat.

* * * *

Andrina akhirnya menceritakan semua kejadian masa lalunya bersama Adi dan bagaimana sampai Lintang ada. Klise alasannya, karena mereka berdua khilaf. Orangtua Andrina terutama ayahnya benar2 kecewa dengan putri semata wayangnya ini. Ayahnya merasa tidak terima dan ingin mencari tahu siapa pelakunya. Andrina benar2 bungkam tentang perihal Adi karena ia tahu apa yang akan diperbuat ayahnya jika ia mengetahui siapa yang telah merusak masa depan Andrina.
Ayahnya benar2 tidak memiliki satu nama pun yang mungkin menjadi tersangka, karena mereka berdua benar2 menyembunyikan hubungan mereka. Tetapi ayahnya tidak kehilangan akal, ia memerintahkan salah satu anak pegawai kepercayaannya untuk mencari tahu dan menanyakan kepada teman2 Andrina, siapa sekiranya teman cowok yang dekat dengan Andrina dan muncullah satu nama Adipati Setyadiningrat.
" Jadi kalian selama ini berdua-duaan dibelakang kami dan sekarang lihat hasilnya..!!! LIHAT...!!! KAMU HAMIL...!!!! Bagaimanapun juga, papa harus menemuinya..!!! "
" Pa..jangan !! papa gak boleh berbuat apa2 ke Adi..!! ini bukan hanya salah Adi aja pa..!! ini juga salah Andrina. "
" Tapi dia yang bikin kamu seperti ini..!!! Papa malu Andrina..!! pokoknya dia harus diberi pelajaran..!! "
" Tunggu Pa..!! " Andrina memanggil ayahnya dan tiba2 berlutut di depannya.
" Pa..Andrina mohon.. " ayahnya yang melihat anak semata wayangnya itu berlutut didepannya merasa tidak tega.
" Sayang..kamu jangan seperti ini.. " mama yang sedari tadi diam mendatangi Andrina sambil mengusap kepalanya dan memeluknya.
" Tapi setidaknya kamu harus beritahu dia nak..ini bukan hanya tanggung jawab satu orang.. " ujar sang ayah yang juga memeluk Andrina.
" Maafin Andrina pa..ma.., tapi Andrina sudah menghubungi Adi berulang kali, tapi setiap Andrina telfon, Adi selalu gak ada di rumah. Dia seperti menhindar dari Andrina.. Andrina kesel pa, Andrina capek..!! "
" Makanya, biar papa yang ke rumah dia..!! "
" Gak usah pa, kalo papa dan mama ngijinin, biar Andrina sendiri yang mengurus bayi ini..maafin Andrina pa..ma..udah bikin malu nama keluarga. "
" Sayang, kamu jangan bilang begitu " mama makin mempererat pelukannya dan menggiring Andrina ke kamar.
" Sekarang kamu istirahat dulu, besok kita bicarakan lagi ya.. "

Hari2 berlalu sampai akhirnya Andrina meminta ijin untuk sekolah di luar negeri. Pertama-tama orangtuanya tidak setuju dengan keputusan Andrina, apalagi melihat keadaannya yang sedang hamil. Tetapi Andrina tetap keukeuh dengan keputusannya dengan alasan tidak ingin mempermalukan orangtuanya lagi. Memang kejadian ini benar2 dirahasiakan agar tak ada yang mengetahui dan sebelum perutnya makin membesar, Andrina memutuskan untuk sekolah di luar negeri. Kedudukan ayahnya cukup lumayan, dan mereka tidak ingin ayahnya kehilangan nama.
" Kalau begitu, kamu bisa kuliah di jerman. Disana ada saudara papa dan kamu bisa tinggal disana, kamu tidak boleh tinggal sendiri sampai kamu benar2 sudah mantap dan anakmu sudah cukup besar "

* * * *

" Dan disinilah sekarang gw, bareng Lintang dan ketemu ama lo.. " dengan selembar tisu pemberian Biyan, Andrina menghapus sisa air matanya berharap itu adalah air mata terakhir yang pernah dia teteskan untuk seseorang bernama Adi.
" Lo kenapa gak pernah cerita ke gw si Na..?? Gw mungkin gak bisa bantu lo apa2 tapi setidaknya gw bisa ngeringanin beban lo "
Selama ini Andrina memang tidak berniat untuk menceritakannya pada Biyan, selain dia masih belum percaya seratus persen padanya, Andrina juga tidak ingin membuka luka lama sekaligus aib ini.
" Ya udah, sekarang lo istirahat aja..Gw bakalan nginep disini just in case lo kenapa-napa.. OK?? "
" Thanks ya Bi.. "
" Anytime.. "

* * * *

" Gimana ??udah ngerasa baikan..?? "
" Kayaknya bukan gw deh yang ngerasa baikan, kayaknya justru malah lo yang moodnya lagi naik..mood buat belanja "
Andrina melirik ke arah tas2 belanjaan yang tergantung di tangan Biyan dan juga ada beberapa yang tergantung di tangannya sendiri. Pagi2 Biyan sudah heboh dengan rencana belanjanya ke mall 'Das Schloss' yang baru buka minggu lalu. Katanya ini adalah terapi yang paling baik setelah kita mengalami saat2 down.
" Iya, terapi yang sangat hebat untuk menguras kantong ampe ludes, yang ada gw nangis meraung-raung bukan gara2 Adi tapi gara2 bodohnya gw yang mau nginkutin terapi gila lo "
Seakan-akan seisi dunia ini ikut meneriakkan nama 'Adi' sehingga dia bisa mendengar Andrina menyebutkan namanya dan sosok itu pun hadir di belakang Andrina.
" Andrina..?? "
Bagai tertusuk sembilu hati Andrina mendengar suara itu lagi, suara yang pernah berteriak paling keras pada saat Andrina lomba main basket, suara yang pernah meredakan amarahnya, suara yang pernah menyejukkan hatinya. Tapi tidak untuk saat ini, semua rasa bercampur aduk di dadanya, rasa muak, marah, jijik, benci, tapi masih tersisa sedikit rasa gembira di hatinya.
" HEH!! jangan sekali-kali lo deketin Andrina lagi..!! Jangan pernah sekalipun lo setor muka ke kita..!! "
" Sorry Bi, tapi tenang dulu.. ANDRINA..!!TUNGGU...!!! " Adi kewalahan menangani sikap Biyan yang tiba2 melampiaskan amarahnya sambil tanpa segan2 mencengkeram kerah baju Adi, untung saja dia tidak menamparnya atau bahkan mungkin mencakarnya , karena dari raut mukanya terlihat sekali kalo amarahnya sudah memuncak. Tapi itu semua tidak penting baginya, sekarang dia harus segera mengejar Andrina yang sudah menghilang di kerumunan orang banyak.
" Sorry Bi tapi gw musti ngejar Andrina sekarang.. " segera saja Adi mengambil langkah seribu sebelum Biyan sempat menyerangnya lagi. Biyan pun harus pasrah ketika tangan kokoh menahannya.
" Bi, biarin mereka selesaikan urusan mereka sendiri "
" OH jadi lo udah jadi komplotannya si Adi ..!! "
" Gw udah tau semua cerita tentang Adi, bukan dari mulut Adi, tapi dari orangtuanya "
" Maksud lo..?? "
" Gw dikirim kesini buat nemenin Adi. Orangtuanya takut terjadi apa2 ama Adi, tapi gw musti pura2 dan jangan sampe ketahuan Adi "
" Tapi loo bisa cerita ke gw kan detailnya?? "
" Kayaknya sih gitu, ngeliat dari reaksi lo tadi kayaknya lo bukan sekedar temen buat Andrina "

Cerita pun mengalir mulus dari mulut Soni dan Biyan memerhatikan dengan seksama. Biyan yang awalnya benci dengan Adi mulai luluh hatinya mendengar perjuangan Adi ternyata tidaklah mudah dan menurut cerita yang dilontarkan Soni, terlihat kalau Adi memang benar2 mencintai Andrina dan benar-benar mau tanggung jawab. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk mendapatkan restu dari orang tua Andrina, lima tahun bukanlah sebentar untuk melunakkan hati para orang tua. Ternyata Andrina belum mengetahui kabar terakhir dari orang tuanya bahwa Adi sudah mendapatkan persetujuan dari mereka, bahkan Adi sudah bertemu dengan Lintang sewaktu bocah berumur 5 tahun itu berlibur di rumah nenek dan kakeknya.

" ANDRINA, TUNGGU....!!!!!!!! "

Andrina mulai kehabisan nafas karena sejak adegan Biyan mencengkeram kerah baju Adi, dia tidak sedikit pun mengurangi kecepatannya berlari. Tapi dia merasakan tangan kokoh menangkap lengannya, menahannya untuk tidak lari lagi.
" Please, ar..dengerin penjelesanku dulu.. "
" Lo mau ngejelasin apa?? kalo lo sibuk melarikan diri..?? udah lah di..alasan apapun yang lo bilang...BASI..!!! "
" Aku udah ketemu Lintang......dia mirip sekali sama kamu..tapi rambutnya punyaku... "

Bagaikan terkena sambaran petir di siang hari, Andrina benar2 bungkam perihal Lintang. Tak ada seorang pun yang tahu kecuali keluarga terdekat dan baru saja bertambah satu yaitu Biyan. Tapi dia yakin kalau Biyan tidak akan membocorkan hal ini ke siapa pun, walaupun dia setengah mati naksir Soni, teman joging Adi.

" Aku juga udah bicara ke orangtuamu, aku sudah berhasil mencairkan hati mereka dan mendapat restu dari mereka. Orang tua ku juga udah bisa menerima keadaan ini. "
" Bajingan lo Di!! kalo cari alasan yang agak bagusan dikit kek...!!jangan lo bawa2 orang tua gue...!! ini murni kesalahan kita berdua, gak ada sangkut pautnya dengan mereka, dan gw gak tau gimana caranya lo bisa kenal ama Lintang, yang pasti jangan coba2 lo deketin Lintang..!! "
" Kalo kamu gak percaya, kamu bisa tanya ke mereka... Mereka sudah sepakat akan memberitahu hal ini ke kamu, tapi aku yang ngelarang mereka..aku minta izin biar aku aja yang kasih tau ke kamu.. "
" OOOO !!!! Jadi lo udah pake anceman nih ceritanya !? sekarang lepasin tangan gw atau gw bakal teriak..!! "
" Aurel, dengerin aku dulu... "
" Lepasin sekarang...dan jangan panggil gw dengan nama itu lagi, gw eneg dengernya... "
" Please, dengerin aku rel... "

Air mata pun tak lagi sanggup dibendung, rasa sakit itu terlalu menancap dalam di lukanya. Bukan hanya rasa sakit yang hadir di hati Andrina, tapi juga rasa rindu melihat sosok yang sudah lama dirindukannya. Walaupun masih sakit, tapi iak bisa dipungkiri kalo masih tersisa rasa sayang itu untuk Adi.
" Dengerin apa Di...gw udah cukup tersiksa dengan menanggung malu sendirian..kemana lo waktu gw butuh lo, kemana lo waktu Lintang butuh sosok seorang ayah... "
" Maafin aku ar.. aku bener2 minta maaf..aku berusaha mati2an membuktikan kalo aku bisa pegang tanggung jawab, kalo aku orang yang bisa diandalkan untuk kalian berdua, tapi itu butuh waktu lama..dan hal itu juga bikin kamu lebih terluka..aku bener2 gak memikirkan perasaanmu.. "
" Sorry, Di.. tapi gw gak bisa nerima lo lagi.. gw udah cukup menahan sakit ini Di.. sekarang gw gak peduli dengan apa yang lo omongin barusan, sekarang lepasin gw dan jangan pernah muncul di depan gw lagi.. "
" Aku akan ngelepasin kamu sekarang,.. tapi jangan berpikiran kalo aku akan nyerah gitu aja.. aku masih sayang ama kamu, dan gimana pun caranya, aku akan menangkan hatimu.. dan jangan coba2 kabur dengan cowok lain, karena aku gak akan tinggal diam.. "

Sikap posesif Adi mengingatkannya akan masa lalu, itulah salah satu alasan Andrina jatuh cinta kepadanya. Tampak bayangan Adi semakin menjauh, terlihat ada beban dan rasa sedih di balik badan yang kokoh itu. Tapi sudah cukup Andrina menangis, kini dia sudah bangkit kembali dan melewati hari2nya dengan dagu terangkat.
Air mata ini terus mengalir dengan derasnya walaupun sosok Adi sudah tidak terlihat lagi. Perlahan dia berjalan dengan gontai sambil sesekali mengusap air matanya.

" Adi melupakan mata Lintang.. Matanya mirip sekali dengan mata lo Di.. itulah yang bikin gw gak bisa ngelupain lo.. "
" Andrina...!! "
Terdengar suara Biyan di kejauhan, Andrina menoleh dan melihat Biyan berlari mendekatinya. Dia tidak ingin sendiri hari ini, tepatnya mulai hari ini, malam ini, hari2 dimana tidak ada Lintang.
" Na, lo gak papa kan..?? hari ini gw dirumah lo ya.. "
Pelukan erat Biyan menambah deras air mata Andrina, dia tidak peduli berpuluh-puluh pasang mata memandang mereka dan menganggap mereka aneh. Yang diperlukannya sekarang hanya seorang teman yang bisa menemaninya melewati kejadian berat hari ini.

* * * *

Ternyata apa yang dikatakan oleh Adi semuanya benar. Tak seberapa lama setelah insiden beberapa minggu lalu, orang tua Andrina mengatakan semuanya. Bukan atas permintaan Adi, tapi inisiatif dari mereka sendiri. Mereka sangat mengenal tabiatnya yang sangat keras kepala dan berpikir akan susah membujuknya untuk memaafkan Adi. Orang tua Andrina hanya berpesan bahwa mereka sudah memberikan restu bagi Adi untuk menjadi ayah resmi dari Lintang. Sekarang mereka menyerahkan keputusan akhir kepada Andrina, mereka sangat mengerti luka hati Andrina dimana dia harus berjuang sendiri merawat anaknya sendirian, tanpa bantuan siapa pun tidak juga Adi, ayah Lintang.
Berbagai kiriman bunga dan hadiah permohonan maaf dari Adi hadir setiap hari menemani hari2nya.

Hati keras Andrina sedikit demi sedikit mulai luluh, melihat perjuangan Adi yang tampak sungguh2 ingin memita maaf atas perbuatannya di masa lalu.
Hingga suatu malam yang dingin Andrina menemukan Adi tertidur di depan pintu rumahnya, tak urung hatinya terenyuh meihat perjuangan Adi.
" Di, bangun Di...kamu bisa masuk angin kalo kamu setiap hari begini.. "
" Di...Adi... "
Beberapa kali Andrina mengguncang tubuh Adi untuk membangunkannya tapi tidak ada respon berarti darinya, sampai dia sadar kalau ada yang tidak beres dengan Adi. Setelah memegang kening Adi, Andrina sadar kalau Adi terserang demam tinggi dan tidak sadarkan diri. Segera saja Andrina meraih handphonenya untuk menelepon Ambulans.
Tidak berapa lama ambulans pun datang dan bergegas menggotong tubuh Adi yang terlihat sangat lemas, disusul oleh Andrina dengan muka panik duduk bersamanya di dalam ambulans smbil terus menggenggam tangan Adi yang rasanya seperti mendidih.
Setelah agak tenang, Andrina menghubungi Biyan dan Soni untuk datang ke rumah sakit.
" ANDRINAAA...!!! ", terlihat Biyan berlari sepanjang lorong ICU disusul oleh Soni, melihat sosok sahabatnya itu, Andrina tidak sanggup lagi menahan air mata yang terbendung sejak tadi. " Na, udah...Adi bakalan baik2 aja..Lo tenang ya... "
" Ini semua salah gue Bi, salah gue..Gue yang bikin dia kayak gini..Ego gue terlalu tinggi, dia jadi kaya gini..Gue masih sayang ama dia Bi...!!! "
" Udah..udah.. Sekarang lo simpen itu semua sampai Adi sadar dan bilang ke dia semuanya, Na... "
Andrina hanya mengangguk pelan di dalam pelukan Biyan. Dia tidak sanggup lagi berbicara banyak setelah menghadapi ini semua. Sepertinya ini semua puncak emosinya, dia merasa sedih, marah dan menyesal. Semuanya bergabung menjadi satu, dia tidak sanggup menahannya lagi. Pada saat Adi menghilang setelah insiden kehamilan Andrina terjadi, dia sedih, kecewa atas sikap Adi yang tidak bertanggung jawab dan bingung apa yang harus dia lakukan. Disaat Adi muncul kembali, dia marah dan bersumpah kepada dirinya sendiri kalau dia tidak akan pernah memaafkan Adi. Tapi sekarang dia harus mengakui kebenaran perasaannya kalau Andrina masih memiliki rasa cinta yang sangat besar terhadap Adi. Dia harus meletakkan semua ego yang selama ini membuat perasaannya terombang-ambing.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya dokter memperbolehkan mereka melihat keadaan Adi yang masih belum sadarkan diri. Andrina berdiri mematung di depan pintu kamar Adi, hatinya merasa bimbang dan tiba2 dia merasakan tepukan lembut di pundaknya.
" Gih sono, lo mikirin apa lagi..?! Ini bukan saatnya ragu2 Na.. lo masih nunggu saat yang tepat..??dan kapan saat yang tepat itu dateng..??keburu si Adi co.id...!! OK...OK... lo gak usah melotot gitu dong.. Gue juga udah ngeliat perjuangan Adi, dan gue yakin dia gak bakal main2 ama lo.."
Seperti mendapatkan kekuatan dari perkataan Biyan, Andrina melangkahkan kakinya perlahan tapi pasti menuju kamar Adi, tapi terhenti oleh tangan yang menahannya.
" Tapi kalo sampai dia mainin lo atau ninggalin lo kayak dulu lagi......lo musti siap2 denger berita kalo dia bener2 co.id.. " sambil mengepalkan tangan, Biyan berkata ke Andrina.
" Thanks Bi... "
Ruangan berukuran 4mx4m itu terasa sepi dan yang terdengar hanyalah bunyi alat monitor detak jantung. Andrina menarik satu2nya kursi yang berada di dekat tempat tidur pasien dan dia hanya duduk termenung di samping Adi yang masih belum sadarkan diri. Andrina hanya bisa mengamati wajah Adi yang sedang tertidur dengan selang infus di tangan kirinya.
" Kamu tau gak Di...Lintang tuh miriiiip banget sama kamu, bawelnya apalagi... "
Andrina kembali membisu dan hanya mengusap air matanya yang tidak berhenti mengalir sejak tadi, dan tiba2 dia terkejut melihat pergerakan tangan Adi. Segera dia menggenggam tangan Adi kuat2.
" Di, kamu udah sadar.. "
" Auuw.. jangan kenceng2 rel, sakit "
" Sorii..soriii... "
" Beneran kalo Lintang mirip banget ama aku..?? "
" HAH...!!! jadi kamu tadi pura2 tidur..?? Kayaknya gw mending pulang aja deh.. "
" Rel, tunggu...maafin aku...aku udah bikin kamu sakit, aku udah ninggalin kamu dan sekarang aku masih berani2 bohongin kamu lagi.. Maafin aku , Rel.. ini terakhir kali nya aku ngejar2 kamu lagi, aku gak akan ganggu kamu lagi, aku...... "
" ADI...!!! " mendengar Andrina berteriak, Adi sadar kalo dia tidak akan mendapatkan harapan lagi untuk mendapatkan maaf dari Andrina.
" Di, sejak pertama kali aku ketemu Lintang, setiap kali aku lihat Lintang, aku selalu inget ama kamu.......hatiku sakit Di, sakiiiit banget...aku selalu bertanya-tanya 'kenapa?' ......tapi sejak pertama aku ngeliat wajah mungil Lintang yang selalu ngingetin aku ke kamu, aku udah maafin kamu Di.. "
Andrina kembali duduk di samping tempat tidur Adi, sambil menggenggam tangan Adi.
" Aku minta maaf udah bikin kamu kayak gini "
" Udah, jangan nangis lagi dong.. besok juga aku udah boleh pulang kok.."
" HAH..!!! Dasar si Soni kurangajar, katanya keadaannya parah sampe musti seminggu di rumah sakit...!!! "
" Kenapa Rel...??kok sewot gitu ngedenger aku boleh pulang besok..Kalo seneng bilang aja lah..."
" Amit...amiiiiit temen lo tuh...!!! "
" Sori deh, kalo gak gitu kan kamu gak mau nemenin aku sekarang.. "


" Uhuk..uhuk...uhuk... aduh pasti ada yang ngomongin gw nih...!! "
" Lo gpp son.. "
" Hahahahaha....uhuk..uhukk...gak, gw gak papa kok yan.. "
" Kita gpp nih ninggalin Andrina sendirian di rumah sakit, dia kan lagi bimbang suasana hatinya "
" Ah lo gak usah sok melow deh, lo ikut bantuin gw kan tadi.. "
" Iya sih, makanya itu gw ngerasa gak enak udah ngebohongin dia "
" Bohong buat kebahagiaan gpp kan.. "
" Lo emang bener2 ye.. "
" APA... MO BILANG APAAN LO... "
" Tenang dulu mbak, jangan sewot dulu gitu dong... gw pengen bilang 'lo emang bener2 teman yang paling baik' "
" Alasan aja lo, bilang aja lo mo minta anterin pulang.. "
" Hehehehe.. "
" DASAR... gak malu apa cowok nebeng ama cewek.. "
" Kalo ceweknya lo mah, buat gw gak masalah... kalo buat lo, masalah gak kalo punya cowok kayak gw..?? "
" BBBBBEEEEHHHH......uhukk..uhukk... "
" Aduh pelan2 dong sayang kalo minum, gak usah salting gitu dong "
" HEH, YANG SUDI JADI CEWEK LO TUH SIAPA...?? NAJIS GW JADI CEWEK LO... "
" Alah, gw tau kok kalo lo naksir gw pas pertama kali kita ketemu..gak usah pake jual mahal gitu dong.. mukanya udah merah tuh.. "
" LO PULANG SENDIRI...!! "
" Yaaaa, kok gitu sih... "
" Lagian, eheeem...jadi cowok gw kok gak modal amat.. "
Setelah mengucapkan kalimat itu Biyan langsung tancap gas meninggalkan Soni sendirian yang masih bengong mendengar kalimat Biyan yang barusan.
" Gw beneran kagak dianterin pulang ama dia.. " Soni beranjak pulang dengan senyuman yang pasti akan melekat sampai esok pagi.

* * * *











There are two girls
Sometimes they're enemies
But on the other side
They're companies
We've got a lovely name for them
They are M2M

p.s. u know to whom this poet is dedicated to
It hurts me so bad
When you told me about that
You've already known
That I also had a crush on him
But why did u say that to me ?
Did u want to break my heart ?
Did u want to break my love ?
If that was what u wanted,
You did it
You've made it
You have broken my heart to pieces
You didn't know how I feel
How I much love him
He's my sunshine, he's my life
He's my everything