Sunday, April 12, 2009

I'm too happy
That's not good
I feel too damn excited
That's not good
I act like I'm insane
That's not good
My head is full of you
That's not good
Cause if u're gone
My life will be empty again

- Berlin 09042009 -
p.s. : for him

Hard to Say Goodbye



Ketika kaki ini siap melangkah menuju keluar ruangan, ada suara yang sudah tak asing lagi memanggil namaku. Segera kuhentikan langkahku dan melihatnya berdiri disana dengan senyumnya yang khas ditambah dengan aksesori baru berupa kacamata berbingkai coklat yang membuatnya semakin terlihat dewasa. Sedetik segera kukenali wajah itu, wajah yang bisa membuatku tersenyum dan mendapat tempat khusus dihatiku.
" Eh, di..pa kabar ? baru dateng dari Solo ? ama siapa aja ? sendiri ? "
" Ya ampun na, satu2 lah nanya nya..gimana aku bisa jawabnya.. "
" Hehehe, sori deh sori.. "
" Iya, kabarku baik.. Baru dateng dari Solo pagi ini.. Trus ama 2 temenku, mereka orang Malaysia.. udah kejawab kan semuanya, puas.. Sekarang gantian aku nih yang nanya kekamu.. "
Rasa rindu yang membuncah di dadaku membuatku ingin menanyakan berbagai pertanyaan kepadanya. Bagaimana tidak, sudah berbulan-bulan kami tidak pernah bertemu sejak masuk kuliah di kota yang berbeda. Aku menetap di Surabaya sedangkan dia harus pergi ke Solo untuk melanjutkan kuliah nya disana. Namun hatiku yang sedang berbunga-bunga ini harus menerima kenyataan kalau jam tidak bersahabat dengan kami karena aku harus pergi kuliah.

Sepanjang perjalanan aku merasa setiap orang pasti mengira aku sedang jatuh cinta karena senyum ini terus melekat di bibirku. Ingin rasanya aku berteriak AKU TIDAK SEDANG JATUH CINTA, I ALREADY HAVE FALLEN IN LOVE AND NOW HE'S NEAR. Perjalanan menuju kampus yang biasanya kujalani dengan malas2an berubah 180 derajat. Aku mendendangkan lagu2 cinta yang aku ingat dan setiap orang yang berpapasan dengan ku aku berikan senyuman termanisku.

Jam kuliah yang panjang dan menyiksa itu pun akhirnya selesai juga dan kali ini aku sudah dapat mengontrol hatiku yang sejak tadi berbunga-bunga. Orang2 kini tidak akan menganggapku orang gila karena tersenyum sepanjang jalan. Sesampainya di rumah langsung ku buka buku harian kesayanganku karena aku ingin segera menumpahkan segala isi hatiku yang sudah tidak dapat menampung lagi bunga2 yang terus bermekaran. Untung saja hari ini teman serumahku sedang pergi kuliah, kalau tidak mereka pun akan bertanya-tanya ada apa denganku hari ini dan sudah dapat dipastikan mereka akan segera tahu ada apa denganku hari ini.

* * * *

" Kirana, ntar ikutan ke tempat mbak Fani kan ? "
" Ada apaan emang ? "
" Mo ngasih surprise ntar jam 12 malem.. dia kan ultah besok.. "
" Ooh..ayuk aja mah "
Dengan bantuan suami mbak Fani, kami pun berhasil masuk kerumahnya tanpa menimbulkan curiga. Sedangkan dia mencoba mengalihkan perhatian mbak Fani agar sedikit memperlambat kepulangan mereka sampai di rumah. Jam menunjukkan pukul 23:45 dan pasukan kami pun sudah lengkap tinggal menunggu sang tuan rumah tiba. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01:00 malam namun yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Dengan mata yang mulai memerah, satu per satu dari kami mulai merasakan rasa kantuk. Namun rasa kantuk itu tiba2 hilang saat salah satu dari kami melihat mobil mbak Fani mulai memasuki pelataran rumah.
" Eh, orangnya dateng tuh.. Siap-siap.. "
" Sssh..jangan ada yang bersuara ya.. "
Terdengar suara pintu dibuka dan langkah2 kaki yang mulai memasuki pintu depan. Segera sesaat mbak Fani membuka pintu kamarnya, dia pun terkejut menemukan kami berkumpul dengan membawa kue ultah dan serentak menyanyikan lagu Happy Birthday. Setelah menenangkan hatinya karena terkejut melihat ulah kami, mbak Fani pun meniup lilin di atas kue ultahnya dan aku pun segera mengeluarkan kamera untuk mengabadikan moment ini. Terdengar tiba2 suara kamera yang lain di sampingku, ternyata Hadi dan kedua temannya juga datang ke rumah mbak Fani. Ternyata mereka berencana menginap disana untuk memperingan biaya hotel sembari silaturahmi. Aku berusaha menyembunyikan rasa terkejut dan rasa senang agar tidak terlihat di wajahku. Aku berusaha untuk tetap terlihat tenang dan tidak bertingkah seperti orang gila. Entah mengapa wajahku terasa panas tiap kali dia mengarahkan kameranya ke arah mbak Fani yang kebetulan berada di sebelahku. Mungkin aku yang sedang jatuh cinta ini bersikap berlebihan sehingga mengira dia sedang membidikku. Semoga rasa panas yang menjalar di muka ku ini tidak membuahkan semburat warna merah di pipiku. Malam semakin larut dan kami pun diantarkan pulang oleh suami mbak Fani karena separuh dari kami terdiri dari cewek2 dan tidak mungkin mbak Fani membiarkan kami pulang berjalan kaki walaupun memang kebetulan rumah sebagian dari kami terletak tidak jauh dari sini.

Masih tersisa rasa kantuk setelah acara lewat tengah malam yang berlangsung di tempat mbak Fani ketika Fika menelpon ku memberitahukan bahwa hari ini dia ingin mengadakan makan bareng2 dirumahnya karena mumpung lagi weekend dan kebetulan juga Hadi lagi berkunjung ke Surabaya. Segera saja rasa kantuk itu hilang dan digantikan dengan semangat yang menggebu-gebu setelah mendengar nama Hadi disebut.

Waktu pun kami habiskan dengan menonton film horror bersama-sama. Suasana yang seru, mencekam namun penuh dengan tawa karena beberapa dari teman cowok yang suka menggoda siapa saja yang ketakutan. Aku beruntung dengan suasana yang ramai ini karena mereka tidak akan mendengar detak jantung ku yang kencang karena sepanjang acara Hadi duduk dekat di sampingku. Aku benar2 tidak bisa mengontrol hatiku namun aku berusaha tetap terlihat tenang karena memang tak seorang pun tahu kalau aku menyukai Hadi. Acara ternyata tidak berhenti sampai di rumah Fika, kami pun berencana lanjut makan es krim di restauran yang tak jauh letaknya. Suasana seru pun berlanjut disana, kami mengobrol seru melepas penat dan jenuh setelah satu minggu menguras otak memikirkan pelajaran kuliah. Sepulang dari makan es krim kami pun berfoto-foto sepanjang jalan dan akhirnya kami pun berpisah karena arah rumah kami yang tak searah. Aku bersama teman2 serumah ku berjalan sambil memperbincangkan Hadi. Karena memang Hadi di kenal sebagai idola diantara kami, tak hanya yang seumuran namun juga yang lebih tua. Semuanya suka dengan sikap Hadi yang sopan, kealimannya, dan tak lupa wajah tampannya. Bagaikan badai di siang bolong, kata2 yang diucapkan temanku berhasil memporak porandakan hatiku.
" Eh, katanya Hadi lagi deket ama Melissa Sudiono lho.. Tadi si Diman gak sengaja keceplosan.. "
" Melissa Sudiono ?? wah, kalo itu mah saingan2 yang lain bakalan mundur teratur "
Karena sudah terlatih menyimpan perasaan suka ku ke Hadi, aku pun dengan mudah menyimpan rasa sakit ini agar tidak terbaca oleh teman2ku. Sesampainya di dalam kamar, aku merasa lemas tak berdaya. Semua nya sirna bagai tersiram ombak, ini semua memang salahku karena terus menyimpan perasaan ini. Rasa yang terus melekat di dalam hatiku, rasa yang bisa membuatku salah tingkah, rasa yang membuatku seperti orang gila. Kini aku harus menghapus semuanya, karena memang tak ada lagi harapan yang bisa membuat rasa ini tetap tinggal di hatiku. Sejak dulu aku selalu berusaha mengenyahkan rasa ini dalam hatiku karena aku tahu sangat sedikit harapan rasa ini untuk tetap kupertahankan tapi memang....it's hard to say good bye.

created by Elly
Berlin, 13042009