Tuesday, August 14, 2012

Rindu Berada Bersama Mereka (part 1)

Ya, 7 tahun bukan waktu yang sebentar mengenal mereka.  Berusaha bertahan hidup di negeri asing tanpa keluarga yang biasanya menjadi tempat pelarian.  Keluarga yang menjaga kita dari semua pengaruh buruk dunia.
Mereka yang sudah menjadi teman terbaik bagiku, mereka yang sudah mengubahku menjadi pribadi yang lebih baik.  Kalimat-kalimat penyemangat dan pelajaran-pelajaran berharga yang kudapat dari para "kakak".  Perbedaan umur tidak menghalangi kedekatan kami.  Kakak-kakakku yang sering mengingatkan ku akan diri Nya.  Tapi terkadang jika setan pemberontak di dalam diriku lebih berkuasa, ajakan mereka sering terdengar sangat annoying and I'm very sorry for that.  Tapi aku yakin kok mereka pasti memaafkan (PEDE !! XP).  Aku salut melihat betapa sabar-sabarnya kakak-kakakku ini dalam menjalankan dakwah Islam, terlebih lagi di negara barat dan menghadapi kami, "adik-adik" yang tidak tahu diri ini, menghadapi kami yang masih mencari jati diri, ingin selalu mencoba ini dan itu, tak peduli itu salah atau benar, yang sering dikuasai dengan jiwa pemberontak kami.
Ada yang begitu lembut penyampaiannya yang kadangkala "kuping budek" ku ini harus bekerja ekstra menangkap apa yang disampaikan.  Dan aku begitu suka cara beliau yang selalu menyapa setiap orang dan menyalami (yang cewek2 dong pastinya) bahkan kepada kami yang lebih muda.  No boundaries.
Dan ada yang penyampaiannya dengan cara lebih  "anak muda".  Ya, beliau ini memang memiliki ikatan yang lebih  "istimewa" dengan kami karena beliau adalah pembimbing bagi kami "anak2 kemarin sore" yang ingin menuntut ilmu di negara asing.  Ibu yang rebek (meminjam istilah seseorang) satu ini, yang sudah repot dengan urusannya sendiri, masih harus membimbing kami yang bandel2 ini untuk tetap berjalan di "jalur" yang benar (out of money and her job as student conselor). She has 2 gorgeous daughters, the older one is the sweet one but the younger one is rather hmmmm rebellious type (like her mother, I think =D)
And the clumsy one (my friend used to call her).  Terkadang kami (terutama aku) memiliki kendala komunikasi dengan beliau, maklum kami berasal dari negara yang berbeda, meski inti bahasa nya sama tapi banyak istilah2 yang rasanya asing di telinga kami begitu pula sebaliknya.  I liked the way she wrote us messages, she's trying to use phrases which we normally use so we can understand (how thoughtful she is).  And for me, it felt like she could easily break the ice among us.  She didn't even try very hard to be funny.
Dan masih banyak kakak yang terlalu banyak untuk kuceritakan satu persatu.  Kakak2 yang begitu sabar membimbingku dan terus mengingatkanku akan Sang Maha Kuasa.  Hidup sendiri dan gak akan ada yang berhak ngelarang kita mau ngapain, kita mau berbuat maksiat juga gak bakal ada yang tau dan peduli.  Tapi mereka peduli dan Allah sudah begitu sayang padaku, di tengah2 negara maju dan kepungan penduduk2 yang mayoritas tak percaya Tuhan, aku bisa merasakan indahnya Islam.  Bahkan dibandingkan sekaang aku kembali ke kampung halaman Indonesia yang notabene negara dengan penduduk muslim terbanyak, aku justru harus mencari nuansa Islami yang menyejukkan seperti dulu aku dapatkan. Dan tak jarang aku harus membayar untuk itu dan dulu itu semua bisa kudapatkan secara gratis, bahkan "tiket2 ke surga" itu yang datang kepada ku, yang menyapaku di negara dimana Islam sebagai minoritas.  Subhanallah, I thank Allah for that opportunities.